Beton konvensional yang pada saat ini digunakan dalam dunia konstruksi adalah beton yang sebenarnya masih mempunyai potensi kekuatan yang sangat besar. Dengan kekuatan beton normal sebesar 30 – 40 MPa, kita membutuhkan material yang cukup banyak untuk satu proyek konstruksi. Apabila kita menaikkan kekuatan beton sehingga dua kali lipat, maka volume material yang diperlukan akan berkurang hingga setengah dari keadaan awal dan biaya untuk mendapatkan beton tersebut, pun tidak sampai dua kali lipatnya.
Beton dengan kuat tekan tinggi sudah dapat dibuat dengan adanya teknologi bahan kimia yaitu superplasticizer yang ditambahkan pada beton sehingga partikel semen yang biasanya cenderung untuk mengumpul (flocculate) dapat terdispersi dengan seragam dan kebutuhan air dapat dikurangi sehingga rongga udara dalam beton dapat dikurangi dan kekuatan beton akan meningkat.
Pada saat ini dengan adanya penelitian di bidang teknologi beton, telah didapatkan beton Ultra High Strength (UHS) dengan kekuatan yang lebih dari 150 MPa. Metode untuk mendapatkan beton generasi terbaru dari beton dengan kinerja yang ultra tinggi adalah dengan pembuatan beton extra padat dengan memberikan pengisi berupa partikel yang berukuran mikro dan modifikasi material semen dengan polymer sehingga terjadi material bebas cacat makro (Macro Defect Free (MDF)).
Pemadatan dengan menggunakan partikel mikro bersandar pada konsep particle packing. Pada konsep ini diterapkan bahwa untuk mendapatkan beton yang sekuat-kuatnya, penyusunan partikel dalam campuran harus diatur agar didapatkan rongga yang paling sedikit. Penggunaan superplasticizer membuat partikel semen, dengan ukuran sekitar 10 micron, dapat terpadatkan dengan lebih seragam, mengurangi porositas yang biasanya terdapat dalam beton konvensional dan meningkatkan kekuatannya.
Konsep particle packing ini dapat ditingkatkan dengan memberikan partikel dengan ukuran yang lebih kecil dari 1 micron, untuk mengisi rongga yang masih tersisa, misalnya dengan silica fume atau metakaolin. Dan jika partikel ini juga bersifat pozzolanik, maka peningkatan kekuatan tambahan akan terjadi dengan adanya air kapur bebas dalam campuran beton. Dengan peningkatan kepadatan yang terjadi, porositas dalam beton yang saling terkoneksi akan berkurang dan menyebabkan beton lebih kedap terhadap air dan material perusak lainnya sehingga beton ini menjadi lebih tahan lama.
Ultra-high Performance concrete adalah beton generasi baru yang mempunyai karakteristik sebagai material yang sangat padat dengan kuat tekannya bisa mencapai antara 150 MPa sampai dengan 250 MPa. Beton baru ini memungkinkan diciptakannya struktur beton yang ramping, ringan, disamping dapat menghemat energi dan bahan alam. Kepadatan UHPC yang tinggi memberikan pula keuntungan bahwasanya UHPC ini mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap serangan zat cair ataupun gas yang berbahaya. Tidaklah mengherankan bahwa para peneliti lebih suka menggunakan istilah ultra-high Performance dibandingkan ultra-high Strength.
Dasar ide pembuatan UHPC adalah meningkatkan apa yang disebut dengan term “Packing Density” dari matrix semen dan mengurangi secara ekstrim water cement ratio sampai dengan 0.2. Untuk itu, campuran UHPC berbeda dengan campuran beton normal, yaitu ditinggalkannya penggunaan agregat kasar dan halus berukuran makro, sebagai gantinya digunakan agregat yang sangat halus dengan rentang ukuran nanometer. Kuat tekannya yang tinggi berkorelasi dengan sifat UHPC yang getas (brittle), tetapi dengan penulangan ataupun penambahan serat baja yang tepat akan tetap dapat diperoleh struktur UHPC yang bersifat daktail dengan struktur yang ramping, tetapi dapat memikul beban sekuat baja.
Perkembangan UHPC dimulai di Perancis, yang saat itu disebut sebagai Reactive Powder Concrete (RPC), sekarang dikenal sebagai produk premix UHPC dari DUCTAL atau DENSIT, dengan ukuran maksimal agregat 1mm. Kegiatan penelitian UHPC diberbagai Negara selama satu dasawarsa ini menghasilkan diketemukannya berbagai mix design yang menggunakan bahan-bahan lokal, tanpa bergantung pada industri tertentu.
Pada Dasarnya prinsip teknologi beton UHPC adalah sama seperti pada beton normal, dimana kita mencari susunan gradasi ukuran butiran yang dapat mengisi ruang kosong pada matrix semen ini. Yang membedakannya adalah pada perencanaan campuran UHPC berbasis Teknologi Nano, dimana ukuran butiran yang digunakan dalam rentang nanometer (disingkat nm). Melalui pemilihan gradasi butiran halus ini akan diperoleh kepadatan per satuan volume (Packing Density) sangat tinggi.
Campurannya terdiri dari butiran-butiran sangat halus terletak pada ukuran submikroskopis, yaitu: mikrosilika berukuran antara 0.05 – 0.8 m, tepung Quartz dan semen berukuran 10 m – 60 m, pasir halus berukuran 500 m – 1250 m.
Dalam merancang perencanaan campuran untuk UHPC yang dikembangkan oleh Prof. Schmidt ada 5 hal pokok yang membedakan antara campuran UHPC dengan beton konvensional, yaitu:
1. Ditinggalkannya penggunaan agregat kasar (10 mm - 35 mm) pada campuran beton, sehingga hanya digunakan agregat halus, yaitu pasir halus (quartz sand) dengan ukuran 0.125mm/0.50mm.
2. Digunakannya dalam campuran agregat yang sangat halus yaitu tepung Quartz yang berukuran dalam rentang nanometer, antara 16 – 90 μm
3. Seperti halnya penggunaan tepung reaktif mikrosilika pada beton mutu tinggi, maka mikrosilica pun digunakan pada UHPC agar diperoleh CSH reaksi kedua.
4. Sama seperti halnya pada teknologi beton SCC (Self Compacted Concrete), maka UHPC pun menggunakan superplatisizer terutama tipe Polycarboxylatether (PCE). UHPC yang rasio air dan semennya ekstrim kecil, memerlukan superplastisizer agar beton segar mudah dikerjakan.
5. Digunakannya serat baja halus mutu tinggi agar diperoleh sifat keruntuhan yang daktail.
Bahan Campuran UHPC
a) Semen
Dari penelitian didapat bahwa semen terbaik untuk UHPC adalah semen PC yang mempunyai kandungan C3A (Tricalcium aluminate) paling sedikit. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan terjadi pembentukan kristal CSH orde kedua. Tabel 2 adalah kandungan yang terdapat pada semen sesuai dengan klasifikasi pada DIN EN 197-1, dimana semen jenis CEM I 52, 5 R HS/NA mempunyai kandungan C3A yang paling minimum, adalah semen yang paling baik untuk digunakan pembuatan UHPC.
a) Bahan tambahan
Untuk melakukan optimasi kepadatan maka digunakan mikrosilica dan tepung Quartz dengan usuran butiran yang berbeda. Untuk mendapatkan penyebaran ukuran butiran tidak dapat diperoleh dengan menggunakan saringan konvensional, tetapi untuk itu digunakan alat ukur grain meter antara lain: Coulter Counter, laser grain meter.
b) Agregat
Seperti halnya beton normal, UHPC dapat pula direncanakan untuk berbagai variasi penggunaan agregat. UHPC saat ini dikembangkan hanya menggunakan agregat halus yaitu pasir ukuran 0.125 – 0.5 mm
c)Superplastizer
UHPC mengandung antara 350 sampai 400 l/m3 campuran butiran sangat halus ≤0.125 mm, yang menjadikan kandungan airnya ekstrim sedikit, yaitu rasio air semen antara 0.2 sampai 0.25. Oleh sebab itu diperlukan superplastisizer, agar beton segar UHPC dapat dikerjakan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka superplastisizer berbasis Polycarboxyltatehter (PCE) yang akan memberikan tingkat workability yang terbaik.
d) Serat Baja
Serat baja digunakan terutama untuk meningkatkan daktilitas dari beton. Tanpa serat baja, sifat keruntuhan UHPC akan sangat getas , karena energi yang terkumpul sebelum keruntuhan sangat besar, dan dalam waktu seketika akan terlepas sebagai ledakan pada saat UHPC mengalami keruntuhan. Serat baja yang digunakan berdiameter 0.15 sampai 0.20 mm dengan panjang 40 sampai 60 mm. Penggunaan serat baja dengan panjang 60 mm menunjukkan tingkat daktilitas yang lebih baik. Serat baja yang digunakan mempunyai mutu yang sangat tinggi, dengan fy = 1500 MPa.Dengan memperhatikan orientasi serat pada saat pengecoran, penggunaan serat baja akan pula meningkatkan kuat tarik lentur UHPC sampai mencapai 25 MPa.
Beberapa sifat fisik lainnya adalah :
a) Kuat tarik terletak antara 12 Mpa sampai 17 Mpa
b) Kuat Tarik lentur antara 35 Mpa sampai 40 Mpa.
c) Selain mempunyai kekuatan tinggi, UHPC sebagai material tanpa pori-pori kapiler akan memberikan kinerja yang jauh lebih baik daripada beton konvensional. Tingginya packing density menyebabkan UHPC mengalami proses karbonisasi yang minimal, daya tahan terhadap abrasi zat-zat kimia berbahaya sangat baik, memberi perlindungan terhadap korosi tulangan di dalam kontruksi juga lebih baik. Berbagai keunggulan tersebut diataslah yang menyebabkan para peneliti lebih suka menggunakan istilah Ultra High Performance daripada istilah Ultra High Strength. \
Tantangan Pengembangan UHPC di Indonesia
Seperti halnya di berbagai negara maju, UHPC masih terus diteliti agar pada saat nya dapat digunakan secara umum untuk berbagai struktur. Berbagai penelitian dasar seperti kuat lentur, kuat geser , daktilitas, confinement dll masih perlu dilanjutkan, agar UHPC dapat segera dicantumkan dalam standard peraturan desain ( design code). Sedangkan di Indonesia, pertama tama kita harus mengembangkan rencana campuran yang menggunakan bahan-bahan lokal yang ada. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah antara lain tersedianya semen yang kandungan C3A nya rendah, industri yang dapat menghasilkan tepung Quarz, peralatan untuk mengukur gradasi partikel berukuran nano meter. Dengan tersedianya rencana campuran UHPC berbahan lokal, maka pembuatan benda uji untuk penelitian selanjutnya dapat dibuat oleh masing-masing peneliti.
http://wiryanto.files.wordpress.com/2009/08/6-harianto-hardjasaputra-mak.pdf
http://www.untarconstruction.com/artikel%20perancangan%20konstruksi/beton%20mutu%20tinggi.html
0 komentar:
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Posting Komentar